Kepala Subseksi Pembinaan, Mustafa La Abidin, menjelaskan bahwa pembelajaran ilmu Tahsin diberikan agar warga binaan lebih memahami dan lancar dalam membaca Al-Qur’an.
"Pembinaan hari ini difokuskan pada ilmu Tahsin, yaitu ilmu yang mempelajari cara memperbaiki dan memperindah bacaan Al-Qur’an dengan menerapkan kaidah tajwid secara tepat. Tujuannya agar bacaan Al-Qur’an warga binaan menjadi benar, fasih, serta terhindar dari kesalahan yang bisa mengubah makna. Jadi membaca Al-Qur’an bukan sekadar dibaca, tetapi harus tepat dalam pelafalan setiap huruf," jelas Mustafa.
Ia menambahkan, pembinaan keislaman penting untuk membentuk kepribadian, memperbaiki akhlak, dan menumbuhkan kesadaran spiritual, meskipun warga binaan sedang menjalani masa hukuman.
"Selain Tahsin, masih banyak ilmu yang perlu dipelajari seperti aqidah, tafsir, fiqih, hadis, tajwid, dan lainnya. Kita ingin selama di Lapas, mereka benar-benar berubah—baik akhlaknya, perilakunya, maupun kepribadiannya menjadi lebih baik," lanjutnya.
Sementara itu, Kepala Lapas Namlea, M.M. Marasabessy, menyampaikan bahwa Lapas bukan hanya tempat menjalani hukuman, tetapi juga sebagai sarana pembinaan, baik dari segi kepribadian maupun kemandirian, sesuai dengan tujuan pemasyarakatan.
"Sistem kepenjaraan yang dulu hanya berfokus pada hukuman tidak lagi diterapkan saat ini. Sekarang kami lebih menekankan pembinaan. Tujuan kami adalah membimbing warga binaan agar memiliki karakter, kepribadian, dan kemandirian yang lebih baik, serta siap kembali diterima di tengah masyarakat," pungkas Marasabessy. (KT-RH)
%20(18).jpeg)
0 komentar:
Post a Comment