Namlea – Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, resmi meletakkan batu pertama pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tipe C di kawasan Pantai Lala, Namlea, Kabupaten Buru, Kamis (17/7/2025). Pembangunan rumah sakit ini menjadi tonggak penting dalam pemerataan layanan kesehatan, khususnya di wilayah timur Indonesia.
Dalam sambutannya, Menkes Budi menegaskan bahwa proyek ini merupakan bagian dari tiga program prioritas Presiden Prabowo Subianto di bidang kesehatan. Pemerintah menargetkan membangun 66 RSUD Tipe C dalam waktu dua tahun, yakni sebanyak 32 rumah sakit pada 2025 dan 34 sisanya di 2026. RSUD Namlea sendiri merupakan rumah sakit ke-21 yang pembangunannya dimulai tahun ini.
“Rumah sakit ini bukan hanya bangunan, tapi bagian dari misi besar: menghadirkan layanan kesehatan yang setara di seluruh pelosok negeri,” ujar Menkes.
Akses Alat Medis Modern, Tak Perlu Lagi Dirujuk ke Ambon
Menkes Budi menyoroti kondisi memprihatinkan RSUD Namlea yang saat ini tidak memiliki alat CT scan. Saat mengunjungi pasien stroke sebelum prosesi peletakan batu pertama, Budi menyaksikan langsung keterbatasan tersebut.
“Dokternya hanya bisa menduga-duga. Padahal, penanganan stroke harus dilakukan maksimal dua jam pertama. Kalau harus dibawa ke Ambon, bisa terlambat,” ungkapnya.
Untuk itu, ia memastikan RSUD Tipe C Namlea akan dilengkapi fasilitas modern, termasuk alat CT scan, peralatan cuci darah, penanganan jantung, inkubator bayi, dan lainnya. Menkes menegaskan bahwa standar fasilitas rumah sakit ini akan setara dengan rumah sakit-rumah sakit besar di Jawa.
Komitmen Kemenkes dan Dukungan Presiden
Budi juga menegaskan bahwa seluruh pembiayaan pembangunan rumah sakit, termasuk perlengkapan alat kesehatan, akan ditanggung oleh pemerintah pusat. Ia bahkan langsung memerintahkan agar pasien stroke yang ditemuinya dirujuk ke RS Leimena Ambon dengan biaya ditanggung penuh oleh Kementerian Kesehatan.
“Semua peralatan itu diberikan oleh Bapak Presiden Prabowo. Ini adalah bentuk keadilan layanan kesehatan,” tambah Budi.
Tenaga Spesialis Jadi Tantangan: Putra Daerah Didorong Sekolah Kedokteran
Meski pembangunan fisik dan pengadaan alat medis dijamin pemerintah, Menkes menekankan bahwa daerah bertanggung jawab menyediakan minimal tujuh dokter spesialis, termasuk tambahan dokter spesialis jantung dan saraf.
Ia mendorong pemerintah daerah untuk menyekolahkan putra-putri asli daerah agar menempuh pendidikan spesialis, demi keberlanjutan pelayanan di rumah sakit tersebut.
“Sebagus apa pun rumah sakitnya, tak akan maksimal tanpa SDM yang memadai,” ujarnya.
Suasana Haru: Bukan Sekadar Batu, Ini Harapan Baru
Suasana haru menyelimuti acara ketika Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa memberikan sambutan. Dengan suara bergetar dan mata berkaca-kaca, ia menggambarkan betapa sulitnya akses layanan kesehatan selama ini bagi masyarakat Pulau Buru.
“Ini bukan sekadar bangunan fisik. Ini adalah simbol keadilan dan pengakuan atas hak dasar masyarakat Maluku untuk hidup sehat,” ujar Gubernur Hendrik, disambut tepuk tangan hadirin.
Nada emosional juga terasa dalam sambutan Bupati Buru, Ikram Umasugi, yang tak kuasa menahan air mata saat mengenang perjuangan warga selama ini.
“Kadang kami hanya bisa pasrah saat ada warga sakit parah. Harus menyewa kapal, melawan ombak, dan sering kali sudah terlambat. Hari ini, kami tidak sedang meletakkan batu pertama, tapi menanam harapan baru bagi generasi Buru ke depan,” kata Bupati.
Menkes: Lebih Baik Mencegah Daripada Mengobati
Mengakhiri sambutannya, Menkes Budi menekankan pentingnya pencegahan dalam pelayanan kesehatan. Ia mendorong Pemda menggalakkan program cek kesehatan gratis secara rutin.
“Sebagus apa pun rumah sakit, sepintar apa pun dokter menyembuhkan, akan lebih baik jika rakyat kita tidak sampai sakit,” tutupnya. (OR-LTO)

0 komentar:
Post a Comment